“Non
, non Bella ! Ayo bangun, non ! Sudah jam berapa ini ?” terdengar suara wanita
tua sedang membangunkanku . Rupanya itu suara pembantuku, aku membuka mataku perlahan-lahan
dan melihat jam .
“Hah ? Jam setengah 7 ?” Aku segera berlari
menuju kamar mandi . 15 menit kemudian, aku keluar dan segera berangkat ke
sekolah . Dengan menaiki sepeda hitam kesayanganku, aku berangkat ke sekolah .
Aku mengayuh sepedaku dengan sangat cepat . Akhirnya aku sampai di sekolah
dengan selamat dalam waktu 10 menit .
Yeah , itulah aku . Aku memang sudah
terbiasa terlambat ke sekolah . Setiap kali aku bangun, aku tidak pernah
bertemu dengan kedua orang tuaku karena mereka sudah bercerai . Namun, Ibuku
telah meninggal 6 tahun yang lalu karena
mengidap penyakit leukemia . Sebelumnya, Ibu berpesan kepada pembantuku untuk
selalu menjagaku jika Ibu telah tiada . Sedangkan, Ayahku telah pindah ke
Jerman bersama istri barunya dan dia tidak pernah teringat padaku atau memberiku
kabar lagi hingga saat ini . Aku sudah lama tinggal berdua dengan pembantuku
sejak aku kelas 5 SD dan pembantuku lah yang menafkahkan hidupku dengan hasil kerja
kerasnya menjadi seorang penjual bakso di kios sebelah rumah . Namaku adalah
Bella Anggraini . Umurku kini 16 tahun dan aku tengah duduk di bangku SMA kelas
XI-IPA 2 .
Waktu tepat menunjukkan jam 7 , nyaris saja
gerbang sekolah akan ditutup tetapi untunglah aku masih bisa masuk ke sekolah .
Setelah kutaruh sepedaku ke tempat parkir . Tiba-tiba, bruk ! aku tidak sengaja
menabrak seseorang .
“Maaf,”kataku
dengan rasa bersalah sambil melihat wajahnya.
“Iya,
nggak apa-apa kok . Oya, dimana ruang kepala sekolah ?” Tanya orang itu padaku
. Aku menunjukkan jari telunjuk ke arah ruang kepala sekolah dan segera pergi
ke kelas .
Ternyata
Miss. Andrea, guru yang terkenal galak dan disiplin itu belum datang .
Syukurlah , akhirnya aku bisa lega .
“Hei,
Bel !” Panggil Silvi, sahabat karibku . “Kenapa kamu ? Pagi-pagi sudah capek.”
“Seperti
biasa, aku telat, Sil ,” jawabku dengan nafas terengah-engah . Silvi hanya
tertawa melihatku kecapean . “Beh , ketawa . Capek ini . Eh, mana Miss. Andrea
? kok tumben belum datang ?” Tanyaku heran .
“Hehe
, kan bercanda . Yee , harusnya kamu bersyukur Miss. Andrea belum datang, eh
malah tanya Miss. Andrea . Kalau sudah datang, kamu pasti akan dihukum, Bel,”
jawab Silvi .
Tiba-tiba
, Miss. Andrea datang bersama seorang anak laki-laki . Setelah kuperhatikan
wajahnya, ternyata dia adalah anak laki-laki yang tadi aku tabrak .
“Good
morning everybody,” sapa Miss Andrea .
“Good
morning, Miss,” balas semua siswa .
“Hari
ini kita kedatangan siswa baru . Dia pindahan dari Jerman yang ingin bersekolah
disini . Silahkan perkenalkan dirimu dengan bahasa inggris,” Miss Andrea
menyuruh anak itu memperkenalkan diri .
“Thank
you, Miss . Hello my friends ! My name is Danie Leonard . You can call me,
Danie . I come from Germany. But, I had lived in Indonesia when I was child and
eleven years later, I lived in Germany. Any question ?” Anak laki-laki itu
memperkenalkan dirinya dan mempersilahkan teman-teman bertanya.
Ketika
teman-teman sibuk bertanya kepada Danie . Aku teringat dengan kata-kata Danie
yang menyebutkan Jerman . Yeah, itulah tempat Ayah berada saat ini . Aku sangat
membencinya . Dia sudah tak kuanggap Ayah lagi karena dia sudah melukai hati
Ibuku . Tiba-tiba terdengar suara Miss Andrea menyuruh Danie duduk sebangku
denganku . Aku tersadar dari lamunanku .
Kemudian,
Miss Andrea mulai mengajar seperti biasa . Beliau menerangkan materi Bahasa
Inggris yang baru . Seperti biasa , aku tidak pernah memperhatikan Miss Andrea
menerangkan pelajarannya karena aku memang tidak mengerti pelajaran Bahasa
Inggris . Aku terus memandang Danie . Dia tampak serius memperhatikan Miss
Andrea mengajar . Dia sangat tampan batinku . Aku merasa sangat beruntung
sekali bisa duduk sebangku dengannya .
Teng
Teng .. Suara bel berbunyi menandakan jam istirahat . Semua teman-temanku
berhamburan keluar kelas . Silvi mengajakku makan di kantin tetapi aku tidak
mau . Kulihat Danie tidak keluar kelas, jadi hanya aku dan Danie yang masih
berada di dalam kelas.
“Hei,
kamu nggak istirahat ?” aku memulai berbicara padanya .
“Nggak,
kamu yang nabrak aku tadi ya ?”
“Iya
. kenapa ? Maaf ya yang tadi .”
“Nggak
apa apa kok .”
“Kenalkan
namaku Bella, Bella Anggraini,” aku mengenalkan diri sambil menjulurkan
tanganku .
Sejak
saat itu , aku dan Danie sering terlihat berdua . Kami sering belajar bersama,
makan siang bersama bahkan pulang sekolah juga bersama . Kami sering berbagi
cerita atau bisa disebut curhat tentang pengalaman kami, keluarga kami ataupun
yang lainnya .
Danie
adalah sosok laki-laki yang baik, tampan, peduli terhadap teman-teman dan pintar
pula. Dia berasal dari keluarga yang kaya raya atau biasa disebut konglomerat .
Walaupun demikian, dia tidak pernah membedakan teman-temannya yang kaya atau
pun yang miskin . Bahkan , dia sangat akrab denganku padahal aku tidak seperti
teman-teman yang lainnya . Aku tidak seperti mereka yang hidup dengan orang
tuanya .
Suatu
ketika, Silvi bermain ke rumahku sekaligus mengerjakan PR . Aku memberikan
Silvi kue buatanku yaitu Bola-bola coklat . Silvi mengambilnya dan mengajakku
berbicara. Dia menanyakan sesuatu tentang Danie padaku .
“Kamu
suka ya sama Danie, kok deket banget ?” Tanya Silvi penasaran .
“Hah
? Apaan sih , nggak kok . Aku biasa saja,” kataku malu .
“Halah
Bel . Jangan bohong deh . Aku bisa lihat kok dari wajahmu itu . Hayoo ngaku,
kamu suka kan sama Danie ? Ya, kan ?” Silvi terus menggodaku agar aku
mengakuinya. Akhirnya aku luluh dan aku mengakuinya.
“Hmm .. Sebenarnya aku nggak tau sama
perasaanku ini , Sil . Aku nggak tau suka atau nggak sama Danie . Jujur sih ,
Danie itu memang baik , humoris ditambah pintar lagi . Aku senang banget bisa dekat
sama dia . Tapi aku beneran nggak ngerti sama perasaanku sendiri sama Danie,”
aku menceritakan sejujurnya pada Silvi .
Silvi
menyanggah ,“Nah , gitu dong . Jujur kan lebih baik, hehe . Baru kali ini loh ,
aku lihat kamu dekat sama cowok seperti Danie . Aku bisa ngerti kok tentang
perasaanmu itu . Iya maklum saja , kamu kan belum pernah punya pengalaman cinta
sama cowok , jadi wajar saja kalau kamu nggak tau . Kalo menurutku sih, Danie
juga suka sama kamu loh .”
“Hah
? Yang bener ?” kataku dengan senyum sumringah .
“Iyalah,
beneran . Dia beda banget sikapnya kalau sudah bareng kamu . Kalau dia sama
cewek yang lain, sikapnya biasa saja tuh .”
“Masa’
sih ? aku nggak percaya”
“Yah
.. ni anak dikasih tau, nggak percayaan . Ah sudahlah , biar kamu sendiri yang
mikir .”
Keesokan
harinya di sekolah, aku melihat Shasa, teman sekelasku sedang mendekati Danie. Dia
merayu Danie dengan sifatnya yang centil itu bahkan dia mengajak Danie untuk
makan siang bersamanya tetapi Danie tidak mau . Tiba-tiba kulihat Shasa semakin
mendekati Danie dan tangannya memegang tangan Danie . Aku tidak suka melihat
tingkah Shasa itu . Aku pergi menghampirinya .
“Shasa
!” panggilku sambil memukul meja .
“Apaan
sih, bikin orang kaget .”
“Jangan
kecentilan jadi cewek ya . Muak, aku lihat kamu !”
“Eh,
masalah buat loe ? Cemburu ya lihat gue sama Danie ?”
Danie
bangkit dari tempat duduknya dan melerai pertengkaranku dengan Shasa ,“Sudah .
Hentikan ! Jangan bertengkar di Sekolah.” Setelah itu, Danie menarik Shasa dan
pergi makan siang .
Aku
tidak tahu apa yang terjadi pada Danie. Dia tiba-tiba menjauh dariku. Sejak
pertengkaran itu, dia duduk sebangku dengan Shasa sedangkan aku duduk sebangku
dengan Silvi . Aku berulang kali mencoba mendekatinya dan meminta maaf tetapi
dia tidak mempedulikanku .
“Kenapa,
Dan ? Kenapa kamu berubah ? Maafkan aku kalau aku salah .” Kalimat itu terus
kuucapkan berulang kali . Tetapi, Danie tetap tidak mempedulikanku . Aku sudah
tidak tahan lagi dan aku emosi padanya ,“Egois kamu, Dan . aku pikir kamu teman
baikku . Ternyata salah . Aku nggak akan deketin kamu lagi kalau memang ini maumu
. Aku benci kamu .”
Aku
pergi menjauhi Danie dan menghampiri Silvi . Silvi kaget melihatku menangis . Aku
mencoba menceritakan semuanya perlahan-lahan pada Silvi . Setelah dia mendengar
semua ceritaku, dia mencoba menenangkan diriku dan mengantarkan aku pulang .
Sesampai
di rumah, tiba-tiba aku merasa badanku menjadi sangat lemas dan wajahku tampak
sangat pucat . Pembantuku sangat khawatir melihat keadaanku . Dia dengan tanggap,
langsung membawaku ke Puskesmas . Aku sangat terkejut, ketika mendengar pernyataan
Dokter bahwa aku mengidap penyakit leukemia . Penyakit yang pernah membuat
ibuku meninggal dunia . Aku harus dirawat inap di Puskesmas hingga keadaanku
membaik .
Setiap
hari, teman-temanku bergantian menjengukku . Mereka memberiku buah-buahan,
roti, susu dan sebagainya . Tetapi aku tidak pernah melihat Danie datang
menjengukku . Aku benar-benar sangat kecewa padanya .
Setelah
berminggu-minggu aku dirawat, akhirnya aku dibolehkan pulang dari Puskesmas . Aku
senang sekali dapat kembali merasakan suasana rumah dan melakukan rutinitas
seperti biasanya . Aku tidak lagi melakukan aktivitas terus-menerus di atas
kasur dengan selang infuse di tanganku .
Ujian
Akhir Semester 1 telah berlalu, aku dapat menghadapinya dengan baik dan lancar
. Seperti biasanya, seminggu setelah ujian itu usai, Miss Andrea memberikan
surat undangan pengambilan raport untuk diberikan kepada orang tua
masing-masing . Karena aku tidak mempunyai orang tua lagi, jadi aku selalu
mengambil raportku sendiri .
Hari
itu, aku ditemani Silvi untuk mengambil raportku . Aku dan Silvi menunggu acara pengambilan raport itu berakhir,
kemudian kami akan mencari Miss Andrea untuk mengambil raportku . Sudah 30
menit kami menunggu . Satu per satu orang tua dan wali murid keluar dari kelas,
tiba-tiba kulihat seorang lelaki tua tinggi berbaju coklat dengan jas hitam dan
dasinya . Sepertinya aku sangat mengenalnya, bahkan aku pernah tinggal satu
atap dengannya . Yeah, dia adalah Ayahku yang selama 6 tahun ini tidak pernah
memberiku kabar . Apa yang dia lakukan disini ? Bukankah dia berada di Jerman ?
Apakah dia memiliki anak yang sebaya denganku ? Aku terus bertanya-tanya di dalam
hati, walaupun aku tetap tidak tahu apa jawabannya .
Setelah
aku mendapatkan raportku, aku mengajak Silvi untuk segera pulang . Aku merasa
tidak enak badan . Tiba-tiba aku pusing dan mataku mulai berkunang-kunang .
Entah apa yang terjadi, aku sudah tidak sadar lagi .
Ketika
aku membuka mataku perlahan-lahan, aku melihat Silvi berada di sampingku .
“Dimana
ini ?” Tanyaku dengan heran .
“Di
Rumah Sakit, Bel . Tadi kamu pingsan . Lalu, ada seorang bapak yang membawamu kesini ,” jelas Silvi .
“Siapa
Bapak itu, Sil ?”
“Aku
juga tidak mengenalnya, tetapi sepertinya dia mengenalmu .”
Aku
sangat penasaran dengan seorang bapak yang telah menolongku itu. Tiba-tiba,
datanglah dua orang yang pernah kukenal dan dekat dalam hidupku . Ternyata mereka
adalah Danie dan Ayahku . Ketika mereka masuk, Silvi memberitahu bahwa Ayahku
lah yang telah membawaku ke Rumah Sakit . Kemudian Silvi pergi meninggalkan
kami .
Awalnya
aku tidak mau melihat wajah Ayah tetapi setelah mendengar pernyataan dari Ayah
bahwa Danie adalah saudara tiriku, aku kaget bukan main. Ayah merasa sangat
menyesal karena tidak memberiku kabar selama 6 tahun dan baru memberitahuku
tentang sosok Danie . Tiba-tiba dadaku menjadi sesak dan aku kesulitan untuk
bernafas . Ayah sangat panik dan keluar mencari Dokter.
Danie
mencoba mendekatiku dan menggenggam erat tanganku . Danie mengungkapkan sesuatu
pada telingaku ,”Maafkan aku sudah menyakitimu saat itu . Aku sungguh menyayangimu
, Bel . Aku menyayangimu bukan sebagai saudara tetapi lebih dari itu . Aku
benar-benar mencintaimu . Tolong, jangan tinggalkan aku .” Pernyataan Danie
tersebut membuat hatiku senang . Aku tidak menyangka inilah yang disebut dengan
cinta . Yeah , inilah cinta pertamaku .
Aku
mencoba menahan rasa sakitku dan perlahan mengatakan sesuatu pada Danie yang
berada disampingku, “I love you, Danie . You’re the first for me.” Setelah itu,
aku sudah tidak mampu menahan rasa sakitku lagi dan aku terbaring koma .
Ketika
koma, aku melihat sesosok wanita cantik berbaju putih panjang dengan kerudung
di kepalanya . Dia berjalan menghampiriku dan rupanya dia adalah orang yang paling
aku sayangi yaitu Ibuku . Dia memeluk hangat tubuhku dan membelai rambutku .
“Bu,
aku sangat merindukanmu . Aku ingin bersamamu disini,” kataku dengan penuh
harapan .
Ibu
tersenyum kepadaku dan menjawab ,” Jangan berkata seperti itu, putriku .
Temanilah orang-orang yang kamu sayangi di luar sana . Mereka sangat
menyayangimu juga .” Ibu melepaskan pelukannya dan mencium pipiku . Kemudian ,
dia pergi menjauh dariku dengan senyuman manisnya .
Tiba-tiba
aku terbangun dan sadar dari koma yang hampir memisahkan aku dengan orang yang
kucintai, Danie . Ternyata , Ayah telah menyelamatkan nyawaku dengan mendonorkan
sumsum tulangnya untukku . Terima kasih ya Tuhan , Engkau telah memberikanku
kesempatan untuk hidup kembali bersama orang-orang yang kusayangi seperti
mereka .
0 komentar:
Posting Komentar
Isi Komentar Dulu yuuukk... :D